Discussion on: 

Clifford Geertz: Hayat dan karya: antropolog sebagai Penulis dan Pengarang. Yogyakarta/IND: LKiS
(translation of "Works and Lives" into Indonesian)

Pembicara:

Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra ( Universitas Gadjah Mada )
Dr. L. Dyson. P. ( Universitas Airlangga )

[Universitas Airlangga/ Surabaya/ IND] 

Kampus B, FISIP, UNAIR
Seperti sembarang institusi budaya, antropologi - yang agak remeh jika dibandingkan dengan hukum, fisika, musik, atau akunting - berada di suatu tempat dan suatu saat yang senantiasa lingsir, tetapi tidak niscaya senantiasa meremajakan diri. Energi-energi yang telah menciptakannya, pertama pada abad 19 (ketika antropologi cenderung menjadi jenis kerja yang memborong segala-galanya dalam mengkaji umat manusia secara tuntas sejak "masa kera"), dan kemudian di bagian lain awal abad 20 (ketika antropologi difokuskan pada masyarakat-masyarakat khusus sebagai utuhan-utuhan kristal, yang terpisah dan tersendiri sebagai kebulatan), jelas-jelas berkait, secara lebih rumit daripada yang lazimnya direpresentasikan, dengan ekspansi kekuasaan Barat maupun dengan bangkitnya kepercayaan terhadap kuasa ilmu sebagai yang mampu menyelamatkan dunia. Terkadang para antropolog mampu menyihir pembaca dengan pengungkapannya yang "realistik" tentang kehidupan masyarakat yang unik dan memang terkesan apa adanya. Ini terjadi karena mereka tidak hanya terpaku dengan persoalan biografis dan historis, tapi juga kesastraan. Yang terakhir ini jarang diperhatikan dalam antropologi, tetapi tidak di buku ini. "Hayat dan Karya" : Antropologi sebagai Penulis dan Pengarang, buah karya Clifford Geertz, pengarang Religion of Java yang cukup terkenal itu.

Itulah sebabnya mengapa buku ini perlu dibedah, dan kalau bisa diacak-acak "jeroannya", secara lugas dan berani. Dari titik ini, kemudian Himaprodi Antropologi Fisip Unair bersama pembicaranya, merasa perlu untuk mengajak Membaca Pembacaan Bacaan Pembaca, pada hari Rabu, 15 Oktober '03. Beberapa dosen dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu tampak antusias mengikutinya. Tak kurang 170 orang hadir dalam diskusi yang berlangsung ganyeng di ruangan ber-ac gedung lantai II Fisip Unair itu. Acara dimulai pada pukul 10.00-12.00 WIB.

Pembicara dari UGM, Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, memandang bahwa Work and Lives sama sekali tidak mengenal Indonesia, bahkan lebih post-modernistis. Jadi, kalau kita mengharap dari buku ini apa-apa yang telah didapatkan dari buku Geertz sebelumnya, yakni pandangannya tentang masyarakat Indonesia, maka pembaca akan kecewa dibuatnya. Dengan latar belakang studi sastranya, Geertz mempunyai modal yang tidak dimiliki oleh sebagian besar ahli antropologi dari generasinya, yakni kemampuan melakukan telaah atas karya sastra. Gaya penulisan Geertz yang nyastra dipandang ada kaitan dengan latar belakang pendidikan dan minatnya ketika ia memasuki perguruan tinggi. Secara kebetulan, antropologi sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan, lahir dari dan dibangun atas karya-karya etnografi, yang tidak lain adalah karya-karya sastra juga. Pertanyaan utama Geertz dalam pembahasan ini adalah bagaimana empat ahli antropologi, -- yakni Levi Strauss, Edward E. Evans-Pritchard, Malinowski, dan Benedict, -- dalam membangun teks mereka, melakukan text building atau menulis etnografi-etnografi mereka. Untuk itu, Geertz menggunakan tulisan mereka yang lebih biografis sebagai pintu masuknya, mungkin karena dalam tulisan-tulisan ini mereka umumnya menulis tanpa beban ilmiah, yaitu yang harus menganalisa, menafsirkan, atau menjelaskan suatu gejala atau kebudayaan tertentu.

Apa hubungan Work and Lives dengan Post-Modernism? Buku ini merupakan contoh yang paling jelas, bagus dan kuat dari penerapan analisis dan pemikiran Post-Modernism dalam antropologi. Ada 2 ciri antropologi yang relevan dengan pembahasan ini, yakni kesadaran bahwa etnografi-etnografi tidak hanya dapat dilihat sebagai laporan penelitian, hasil penelitian, yang selalu bersifat "obyektif", kerena memaparkan masyarakat dan kebudayaan "sebagaimana adanya". Lebih dari itu, etnografi merupakan karya-karya sastra yang memperlihatkan genre tertentu dalam strategi tekstualisasinya. Yang kedua, adalah kesadaran bahwa dalam menulis etnografi kita tidak lagi dapat bersikap "netral". Etnografi dalam antropologi dengan jelas memperlihatkan keberpihakan ahli antropologi berkenaan dengan isu-isu tertentu dalam masyarakatnya.

Dalam paparannya, Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Geertz dalam Work and Lives memberi inspirasi kita di Indonesia untuk mencoba menelaah secara teliti dan kritis tentang strategi ahli-ahli antropologi di Indonesia dalam menulis etnografi-etnografi. Diharapkan bahwa kita tidak tunduk lagi pada persoalan "subyektivitas" vs "obyektivitas". Mengapa kita masih mau dihantui kekhawatiran semacam itu? "Yang terpenting adalah bagaimana seorang peneliti mampu menyampaikan hasil penelitiannya dengan baik. Tergantung retorika kita dalam memberi kemasan terhadap apa-apa yang sebenarnya adalah ilusi itu", tegas antropolog UGM ini. Dengan telaah ini Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra berharap kita akan dapat mengetahui antropologi itu seperti apa yang sadar atau tidak sadar, dibangun oleh para pelakunya. Di akhir paparannya, doktor UGM ini juga menyarankan agar kita mulai membuka-buka buku yang selama ini dianggap tidak atau kurang etnografis, antropologis, tetapi sebenarnya juga merupakan etnografi-etnografi. Siapa tahu, di sana ada pemikiran-pemikiran baru yang belum dikembangkan atau terabaikan. Dan mungkin akan bermanfaat bagi perkembangan antropologi di Indonesia.

Sementara itu pembicara dari Unair sendiri, Dr. L. Dyson. P., memandang bahwa masalah utama yang dipersoalkan Geertz adalah apakah suatu karya itu harus obyektif sebagaimana adanya di "lapangan", ataukah seorang penulis sangat terpengaruh oleh perasaan dan sikapnya sendiri. Geertz membedakan antara penulis (writer) dan pengarang (author). Istilah penulis tampaknya menunjukkan bahwa suatu karya itu semata-mata berupaya mendeskripsikan kenyataan obyektif di lapangan, sedangkan pengarang adalah bagaimana upaya seseorang mampu mempengaruhi pembacanya seolah-olah mereka ikut masuk dan berada di tengah-tengah masyarakat, dimana peneliti yang bersangkutan pernah hidup bersama dengan masyarakat yang ditelitinya. Istilah pengarang disini mungkin dapat disejajarkan dengan seorang penulis novel, tetapi antropologi memang tidak menulis novel yang cenderung bersifat cerita fiksi, melainkan suatu fenomena dan dinamika yang sungguh terjadi. Geertz membedakan penduduk asli, pengarang, dan pembaca memiliki perannya masing-masing yang saling terkait. "Berada di sana" merupakan ilustrasi ketika seorang penulis sedang mengumpulkan data dan hidup bersama dengan penduduk lokal, sedang "berada di sini" untuk memberikan istilah ketika seorang penulis telah kembali ke tempat tinggalnya semula, dan mulai merenungkan kembali segala pengalamannya, dan menulis segalanya, kemudian tulisan itu berada di tangan para pembacanya (pembaca tertarik atau tidak?). Adalah tugas pengarang membuat pembacanya menjadi tertarik dan mengerti apa yang telah diungkapkan oleh sang pengarang.

Bila kita melihat Geertz, tampak ia lebih menyukai istilah pengarang daripada penulis. Tetapi buku ini diterjemahkan antropologi sebagai Penulis dan Pengarang ? Mungkin sekali menurut penterjemah bahwa antropolog dianggap ada yang bekerja sebagai penulis, dan ada pula yang sebagai pengarang sebagaimana Geertz. Bagi para pemerhati ilmu-ilmu sosial dan budaya, Dr. L. Dyson menyarankan agar karya Geertz ini perlu dibaca untuk memahami sejarah perkembangan, baik dalam cara menulis maupun obyek atau fokus yang menjadi kajian utama mereka. Tulisan etnografi mutakhir juga tidak ditonjolkan sayangnya, semua kasus diambil dari tulisan yang telah dibuat oleh para antropolog yang hidup di era 100-200 tahun silam, yang telah dianggap klasik.


 

online source: http://www.warta.unair.ac.id/news/index.php?id=41

 


Using this text is also subject to the general HyperGeertz-Copyright-regulations based on Austrian copyright-law (2001), which - in short - allow a personal, nonprofit & educational (all must apply) use of material stored in data bases, including a restricted redistribution of such material, if this is also for nonprofit purposes and restricted to a specific scientific community (both must apply), and if full and accurate attribution to the author, original source and date of publication, web location(s) or originating list(s) is given ("fair-use-restriction"). Any other use transgressing this restriction is subject to a direct agreement between a subsequent user and the holder of the original copyright(s) as indicated by the source(s). HyperGeertz@WorldCatalogue cannot be held responsible for any neglection of these regulations and will impose such a responsibility on any unlawful user.

Each copy of any part of a  transmission of a HyperGeertz-Text must therefore contain this same copyright notice as it appears on the screen or printed page of such transmission, including any specific copyright notice as indicated above by the original copyright holder and/ or the previous online source(s).